Perlahan-lahan hari berlalu melankolis dan gelap pun jatuh.
Telah ku nanti sekeping hati dengan sabar nan patuh.
(Berjanjilah untuk tetap menunggu dan jangan biarkan waktu memudarakan keyakinanmu)
Kau tahu aku bukanlah pangeran berkuda putih dengan kaya harta bergelimang.
Aku hanyalah pengembara yang tak pernah letih dengan hanya pakaian berlinang.
(Bukan pakaian atau kuda putih yang ku pedulikan, cukup dirimu saja itu sudah cukup)
Denganmu hidupku lengkap dan utuh.
Membayangkan tanpamu hatiku luluh.
(Kau harus terbiasa tanpa aku, aku yakin aku bukan yang terbaik untukmu)
Kau memilih untuk pergi menjauh.
Ku mohon bawalah serta cintaku yang terbunuh.
(Simpanlah cintamu, aku tak butuh)
Hanya bayangan dan pikiran yang aku cintai.
Kau tak bisa berikan apa yang aku cari.
(Hanya maaf yang bisa ku berikan saat ini. Maaf karena tak bisa menjadi yang kau inginkan)
Aku menginginkan kau bahagia saat pertama kali melihatmu.
Kau sangat berharga untuk dimimpikan pria macam aku.
***
Jakarta, 27 Februari 2015
Gelap Jatuh Bersama Cinta yang Terbunuh
Reviewed by Bilik Sukma
on
Friday, February 27, 2015
Rating:
duh, Mas, ajarin saya bikin puisi *teriak pake beduk mushala*
ReplyDeletehaha.. iseng-iseng aja mas.. biasa anak remaja masih galau.. :p
Deletetak perlu bersedih hati.... he he
ReplyDeleteiyaa mas, masih banyak ikan dilaut..hehe
Deletebagus nih puisinya ngena di hati
ReplyDeleteaduhhh.. makasih ratna sudah mampir.. :))
Deletekayanya ini bikin puisinya sambil curhat deh :D
ReplyDeleteiyaa, sambil meyelam minum kopi nabil..hihihi..
Delete