Langkah Demi Langkah Tidur Secara Alami (Berdasarkan Hasil Pengamatan Tiap Jum’atan)

“Kita akan sulit untuk jatuh tertidur, ketika otak kita tidak berhenti untuk berfikir. Jadi, santai saja, lepaskan saja.” -- @irwansukma
Gambar: Posisi Tidur yang Tepat


Tulisan ini mungkin akan terlampau panjang. Simpan halaman ini barangkali suatu saat ada membutuhkan (kayak tempelan pengobatan alternatif di pintu angkot.hehehe)

Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar dari manusia, saking pentingnya sebuah penelitian para ahli dari Warcwick Medical School yang dipublikasikan dalam European Heart  Journal menyatakan tidur kurang dari enam jam setiap malam dapat meningkatkan resiko kematian akibat stroke hingga 15 persen dan resiko kematian akibat serangan jantung melonjak hingga 50 persen.

Mungkin kita juga masih ingat kasus yang menimpa almarhum Michael Jakson yang beberapa bulan sebelum kematiannya mengalami kesulitan untuk tidur. Dokter pribadinya Conrad Murray dituduh melakukan pembunuhan tidak berencana dengan memberikan Profol dalam dosis tinggi. Meski Doktor Murray membantah memberikan obat bius tersebut karena menurutnya Michael Jackson sendiri yang menyuntikan  diri sendiri supaya bisa tertidur.

Pada tulisan saya kali ini, saya ingin berbagi pengalaman saya yang berdasarkan hasil pengamatan saya tiap Jum’at melihat Jemaah shalat Jum’at yang rata-rata tertidur saat khatib sedang berkhutbah. Metode ini juga telah saya praktekan pada diri saya dan sejauh ini berhasil, meski saya akui kekurangan dari hasil pengamatan ini belum pernah dicoba selain pada diri saya.

Luaran dari hasil pengamatan saya bisa diaplikasikan sebagai langkah-langkah seseorang untuk jatuh tertidur dan negasi dari pengamatan ini bisa diaplikasikan untuk jemaah agar tidak tertidur saat khutbah Jum’at, rapat, pidato dan sejenisnya.

Kembali, negasi dari pengamatan ini saya anggap berhasil, karena sudah hampir 3 tahun tiap khutbah Jum’at saya tidak tertidur, meski tidak selalu juga saya menyimak dengan seksama isi khutbah, pikiran saya kadang melanglang buana entah kemana. Tidak tidur dalam khutbah Jum’at adalah satu hal, sedangkan menyimak isi khutbah Jum’at adalah hal lainnya (dibutuhkan kajian khusus untuk membentuk harmonisasi dari kedua hal tersebut).

Gambar: Khutbah Jum'at


Belum lama ini saya baru menyelesaikan membaca buku Revolusi IQ/EQ/SQ karya Taufiq Pasiak, pada Bab 6 saya membaca hal menarik mengenai gelombang otak. Pada 1924, Hans Berger seorang ahli saraf dari Jerman, berhasil merekam gelombang itu dalam selembar kertas, inilah cikal bakal dari alat yang dinamakan Electro Encephalo Graph (EEG).

Pengetahuan ini menjadikan pernyataan bahwa otak tidak berfikir saat tertidur tidak sepenuhnya benar, karena pembahasan mengenai gelombang otak menyatakan bahwa otak tidak pernah berhenti bekerja/berfikir sekalipun kita sedang tertidur.
 

  • Gelombang Alfa : otak saat berfikir santai. (7-13 Hz)
  • Gelombang Beta: otak saat berfikir keras, stress atau pusing tujuh keliling. (>13Hz)
  • Gelombang Delta: otak saat tertidur tetapi tidak bermimpi. (0,5-3,5 Hz)
  • Gelombang Teta:  otak saat tertidur dan bermimpi. (3,5-7 Hz)

Ada hal menarik yaitu mengenai gelombang teta, karena gelombang otak ternyata berkerja berbeda saat bermimpi. Oleh karena itu mimpi kadang menjadi ‘pintu’ untuk sebuah ilham, pesan maupun inspirasi. Hal ini mengingatkan saya pada kisah Nabi Yusuf dan Rene Descartes (silahkan buka lagi buku sejarah dan filsafatnya).

Gambar: Gelombang Otak


Kembali ke pembahasan mengenai langkah-langkah supaya tertidur. Tujuan dari tulisan ini adalah membawa otak seseorang dari gelombang Alfa/Beta menuju gelombang Delta/Teta. Sebelum masuk ke langkah-langkah untuk tertidur, ijinkan saya menjelaskan serta mengilustrasikan kalkulasi waktu seseorang berangkat ke Masjid untuk shalat Jum’at, kemudian duduk, tertidur, terbangun, shalat Jum’at dan akhirnya pulang. Karena topik yang kita bahas adalah mengenai tertidur, jadi kalkulasi waktu yang kita bahas mulai dari berangkat ke masjid sampai terbangun dari tidurnya.

Kita anggap saja Azan Zhuhur di hari Jum’at dan khatib naik mimbar adalah pukul 12.00. maka para jemaat akan datang 15 menit sebelum azan berkumandang. 15 menit itu dimanfaatkan untuk wudhu, mencari tempat duduk, shalat rawatib, dzikir atau baca selembaran pamplet, dan sejenisnya. Dalam kurun waktu tersebut belum ada jamaah yang tertidur, artinya gelombang otak dalam kondisi berfikir santai atau gelombang delta.

Waktu yang dibutuhkan khatib untuk menyampaikan dua khutbahnya berkisar antar 20-30 menit. Kita ambil tengahnya saja yaitu 25 menit. Waktu 25 menit inilah yang akan kita analisa dan kita tarik langkah per langkah sampai seseorang tertidur.

Berdasarkan pengamatan, seseorang masih terbangun ketika khatib membuka mukadimah atau pengantar khutbah yang berisi maklumat yang bertujuan mengingatkan pentingnya khutbah untuk meningkatkan ketaqwaan khatib itu sendiri dan jemaah sekalian.

Seiring berjalannya waktu maka dikelopak mata para jemaat akan terasa berat dan kira-kira 10 menit kemudian akan jatuh tertidur. Dari anggapan waktu yang dibutuhkan sampai tertidur yaitu 10 menit maka waktu yang dianalisa tersisa 25’ dikurang 10’ yaitu 15 menit.

Biasanya mereka yang tertidur akan terbangun diwaktu 5 menit sebelum takbir shalat Jum’at atau ketika khatib membacakan doa. Jadi waktu analisa yang kita punya ialah 15’ dikurang 5’ yaitu  10 menit.  Maka berdasarkan kalkulasi waktu, 10 menit inilah lama orang tertidur saat khatib sedang berkutbah.

Jika ilustrasi serta kalkulasi itu terdengar rumit dan tidak sulit dicerna, maka lupakan sejenak perkiraan hitungannya karena hitungan itu bukanlah subtansi dari tulisan ini. Hitungan itu dibuat supaya lebih mudah nantinya dalam memvisualisasikan metode tidur dengan lebih mudah secara alami.

Sekarang kita masuk pada langkah-langkah tidur secara alami bedasarkan hasil pengamatan tiap Jum’atan.

Langkah ke-1. Cari Posisi Paling Nyaman alias Posisi Wenak (PeWe)

Ketika seorang jemaah yang diindikasikan tertidur saat khutbah Jum’at maka seseorang tersebut sengaja atau tidak akan membuat posisi yang nyaman (jika memungkinkan bersandar) agar tidak terjatuh saat tertidur.  Penentuan posisi ini penting dalam proses pengkondisian perubahan gelombang dari alfa ke delta.

Dalam prakteknya jika dilakukan ditempat tidur, maka yang harus kita lakukan adalah mencari posisi tidur yang nyaman. Bisa terlentang, tengkurap dan berbaring miring. Mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing posisi tidur ini, saya sarankan membaca artikel kesehatan yang mewartakannya.

Menurut beberapa artikel yang pernah saya baca, posisi tidur miring merupakan yang paling banyak disarankan, bahkan ada yang menyarankan untuk menaruh bola tenis dibelakang baju tidur untuk membuat posisi tidur miring dan mencegah tidur terlentang.

Saya pikir untuk posisi nyaman sudah cukup jelas, kita lanjutkan ke langkah selanjutnya.

Langkah ke-2. Konsentrasi, Kosongkan Pikiran.


Dalam kasus shalat Jum’at, seseorang mungkin tidak berniat mengosongkan pikiran tapi berfokus pada khatib yang berkhutbah, namun seiring berjalannya waktu mendengarkan khutbahyang  terkadang isinya terlampau panjang, bertele-tele, monoton, tanpa intonasi, dan bahkan hanya membaca teks yang sudah disiapkan. Hal ini menyebabkan kosongnya pikiran dan perlahan-lahan kesadaran menghilang seiring kekosongan pikiran.

Otak akhirnya “tidak bekerja” (sekalipun pernyataan ini tidak sepenuhnya benar) karena otak tidak pernah berhenti bekerja , namun yang terjadi adalah gelombang otak dari alfa mendekati delta. Seperti kalkulasi saya pada paragraf-paragraf sebelumnya perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk “mengosongkan pikiran” ialah 10 menit, yaitu proses waktu masih mendengarkan khatib sampai menjelang jatuh tertidur.

Dalam aplikasinya di tempat tidur akan hampir sama seperti dalam kasus khutbah Jum’at, yang kita perlukan supaya mudah tertidur adalah mengosongkan pikiran. Tingkat kesulitan pada langkah ini berlaku relatif pada tiap orang, bergantung pada seberapa latar belakang dan tingkat masalah yang dihadapai. Gelombang otak yang tenang atau gelombang Alfa berkisar 7-13 Hz sedangkan pada orang yang dengan banyak masalah atau gelombang Beta akan berosilasi (bergetar) dengan lebih besar berkisar lebih besar dari 13 Hz, sehingga untuk menuju kondisi tertidur di  Gelombang Delta (0,5-3,5 Hz) akan lebih sulit .

Pada prakteknya otak rasional kita kadang tidak henti-hentinya berfikir mengenai suatu masalah. Solusinya adalah santai saja, lepasakan saja atau berdoa “Tuhan berika aku keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa aku ubah, berikan aku kesabaran untuk menerima hal-hal yang tidak bisa aku ubah, dan berikan aku kebijaksanaan untuk membedakan diantara keduanya.” mungkin tidak menyelesaikan masalah seketika saat itu juga, tapi setidaknya gelombang otak kita akan stabil dan mampu berfikir lebih jernih. Kemudian tidur akan melepas lelah beserta toksin, sehingga kesegaran fisik kita kembali.

Langkah ke-3. Pertahankan Posisi Nyaman (Jangan Begerak).

Pada langkah ke-3 ini ada perbedaan yang paling mendasar mengapa kita mudah tidur saat khutbah Jum’at tapi sulit pada saat ditempat tidur. Perbedaannya adalah saat menghadiri khutbah Jum’at, kita diharuskan duduk dengan ruang gerak yang terbatas, untuk waktu tertentu dan tanpa suara (komunikasi) selain komunikasi satu arah dari khatib. Sedangkan jika ditempat tidur kita bebas bergerak, berkomunikasi baik itu dengan dunia nyata maupun dunia maya, dan akhirnya otak kita sulit beranjak dari kondisi alfa menuju kondisi delta.

Langkah ke-3 ini, menurut saya merupakan langkah terpenting dan tersulit. Karena jika kita sulit tidur terkadang suara walau hanya kepakan sayap nyamuk, tetesan air keran, detak jarum jam, atau suara yang ada dalam kepala kita akan begitu sangat menganggu. Hal tersebut membuat kita gelisah dan tidak mampu mengosongkan pikiran (langkah ke-2), kemudian membuat kita selalu bergerak, merubah posisi tidur untuk mencari posisi yang nyaman (langkah ke-1).  Akhiranya kita akan terus kembali ke langkah 1 dan 2 tanpa pernah sampai pada langkah ke 3.

Paling tidak berdasarkan pengamatan saat khutbah Jum’at, kita akan dipaksa untuk tetap pada posisi tempat duduk paling tidak 25 menit waktu khutbah (langkah ke-3). Dan akan tertidur 10 menit kemudian (jika syarat langkah 1 dan 2 terpenuhi).

Nah, jika kita ingin tertidur secara alami. Maka kita harus paksakan untuk mempertahankan posisi tidur yang nyaman dengan mengosongkan pikiran kurang lebih 10 menit. Pada percobaan pertama mungkin akan terasa sulit karena otak kita diharuskan berfokus untuk tidak memikirkan (bahkan untuk memikirkan langkah-langkah dalam tulisan ini), terdengar paradoks yaa.. tapi bagian dari solusinya. Dan jika kita sudah terbiasa maka tidur akan lebih mudah. Dengan catatan tidur manusia normal berkisar 7 sampai 8 jam. Selamat mencoba. Met bobo eaaaa....!!!

Pada akhirnya, saya berharap tulisan dan analisa pengamatan ngawur saya ini bisa menjadi bagian dari solusi alami untuk orang yang mengalami masalah tidur. Saya juga sungguh tidak bermaksud menjadikan fenomena orang yang tertidur saat khutbah Jum’at menjadi bahan becandaan. Meski terkesan ngawur tapi saya serius dalam menganalisa.

Jika ganguan tidur masih berlanjut segera hubungi dokter spesialis. Semoga bermanfaat.

Salam sereh tumbar mirijahe.


Jakarta, 30 Oktober 2013


PS: negasi langkah-langkah tidur (terjaga) ini wajib dimanfaatkan ketika khatib sedang berkhutbah. Dengan langkah-langkah: (1) cari posisi tidak nyaman, (2) tetap berfikir fokus pada isi khutbah dan (3) terus gerakan bagian tubuh misalnya jari, tangan, kaki,dll. Selamat mencoba dan terjaga.



Langkah Demi Langkah Tidur Secara Alami (Berdasarkan Hasil Pengamatan Tiap Jum’atan) Langkah Demi Langkah Tidur Secara Alami (Berdasarkan Hasil Pengamatan Tiap Jum’atan) Reviewed by Bilik Sukma on Wednesday, October 30, 2013 Rating: 5

4 comments:

  1. saya lebih fokus ke bagian akhir tulisan..yang bisa membuat kita tetap terjaga selama khatib khotbah....,
    btw-aku juga lagi buat GA, dicari 32 orang blogger yg suka nulis dan corat coret untuk jadi pemenang buat dapatkan gift unik dari Makassar, Tana Toraja dan Martapura Kalimantan Selatan.....salam :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa, memang tetap terjaga saat khatib sedang khutbang kadang terasa sulit.. tapi kalo sudah diniatkan ternyata bisa juga dilakukan,, Terima kasih yaa sudah membaca.. :)

      Delete
  2. Hmm.. yang pasti kalo emang niat tidur bener2 harus nglepasi pikiran, dan jangan lupa berdoa dulu. jangan mikir yang aneh2 ntr kebawa mimpi. Biasanya sih kualitas tidur juga tergangtung lingkungan sekitar, jadi belih baik mencari tempat yang tenang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa.. kalau pikiran masih berputar2.. alamat tidur terlalu larut atau bahkan tidak tidur sama sekali..hehe Lingkungan juga sangat berpengaruh,. terima kasih yaa sudah berkunjung.. :)

      Delete

Powered by Blogger.