Mall: “Relief Valve” Kepenatan

Gambar: Plaza Mulia Samarinda
Ketika rutinitas sehari-hari dirasa semakin menyiksa, dimana kita dihadapkan pada kondisi seperti perkuliahan, pekerjaan, macet, banjir atau bahkan situasi politik, keamanan dan perekonomian yang tidak kondusif. Maka untuk itu kita butuh saluran untuk sekedar melepas kepenatan yang terus menekan. Cuti atau liburan mungkin bisa jadi bagian dari solusi, tapi bagaimana kalau macet atau banjirnya tiap hari, sementara pikiran perlu direfresh dan tekanan perlu direlease.

Saya jadi ingat mata kuliah hydraulic. Jadi dalam suatu hydraulic system yang memiliki tekanan kerja yang tinggi, maka didalam sistem tersebut harus dilengkapi dengan komponen bernama main relief valve, dimana komponen tersebut berfungsi untuk melepaskan tekanan fluida yang berlebih. Jika tidak segera dikeluarkan maka komponen tersebut cepat panas dan mengakibatkan kerusakan pada sistem. Sama seperti halnya sistem pada manusia, kalau dirasa tekanan kerja sudah melebihistandard yang dijinkan maka harus segera dilepakan. Kalau tidak, bisa-bisa orang tersebut jadi cepat marah dan jatuh sakit.

Cara cepat dan segera melepaskan tekanan kepenatan tiap orang memiliki caranya masing-masing, bisa dengan berjalan-jalan, kumpul-kumpul, belanja, baca buku, nonton film, dengar musik, pergi ke salon, makan makanan enak, atau beribadah. Kehidupan kaum urban dengan segala kompleksitas masalahnya ternyata memiliki suatu tempat yang menyediakan paket untuk merelease tekanan yang sudah membuncah, tempat itu lazim disebut mall, plasa, town square, atau istilah lain yang identik dengan tempat tersebut.

Dengan beraneka ragamnya paket yang ditawarkan, proses pelepasan tekanan bisa dengan mudah dan sangat cepet, apalagi mall kini tumbuh bak jamur dimusim penghujan, sangat cepat pertumbuhannya sampai ke sudut-sudut kota.  Tapi ingat jangan sampai proses pelepasan penat tersebut membuat kita menjadi lalai, lupa kewajiban dan membuat kita kehilangan “tekanan” hingga dibawah tekanan standard. Kalau dalam hydraulic system ini disebut low pressure, menyebabkan kegagalan sistem untuk melakukan kerja.

Saya coba geser sedikit pembahasan,  mall kini bukan hanya tempat berbelaja saja, tapi juga tempat melepas penat sekaligus rekreasi. Kita bisa berlama-lama berada dimall dengan agenda yang boleh jadi tidak hanya  belanja tapi juga berkumpul, nonton film, makan, atau lain sebagainya. Dengan itu pengelola dengan pintarnya menyediakan apa yang pelanggan butuhkan, agar bisnis kemudian berjalan dan berkembang.

Namun tuntutan lain muncul, mengingat jumlah muslim yang mayoritas dinegeri ini dengan kewajibanya yang shalat lima waktu, maka derivatif dari kebutuhan yang hanya sekedar menyediakan tempat belanja, makan, atau nonton, tapi juga tempat untuk umat muslim melaksanakan kewajibanya yang lima waktu itu.
Mungkin karena dianggap kurang mendesak atau mungkin lupa saat perancangan tata ruang gedung atau mungkin tidak sejalan dengan prinsip kapitalis yang di anut maka keberadaan tempat shalat yang layak kurang menjadi perhatiaan. Tempat shalat di mall biasanya mungil dan berada dipojok  basement, miris, tapi kita memang tidak bisa mengeneralisis kasus tersebut meski harus diakui kebanyakan iya.

Dari yang sedikit mall itu saya mau membagikan cerita tentang mall yang memiliki tempat shalat yang indah, sampai-sampai kita lupa bahwa kita sedang shalat didalam mall. Nama mall tersebut adalah Plaza Mulia di Samarinda, Kalimantan Timur. Kebetulan saya pernah tinggal untuk bekerja di kota tersebut selama satu tahun. Dilantai teratas dari Plaza Mulia terdapat sebuah tempat shalat bernama Masjid Syekh Mahmuddin.
Gambar: Masjid Syekh Mahmuddin
Masjid Syekh Mahmuddin memang tergolong mewah untuk masjid yang berada di dalam Mall, mulai dari tempatnya yang mengambil satu lantai khusus untuk masjid, tempat wudhunya tertata, ruang shalat yang ber-ac, dan dilapisi karpet sajadah di seluruh ruang shalat, selain itu ada juga tempat bermain untuk anak berusia balita. Dengan fasilitasnya tersebut menjadikan Masjid Syekh Mahmuddin menjadi masjid dalam Mall yang jempolan menurut saya.

Plaza Mulia memang bukan satu-satunya mall yang menyediakan masjid didalamnya. Didekat rumah saya ada juga yaitu Mall Cijantung, Jakarta Timur, meski secara umum tidak semewah dengan Plaza Mulia tapi cukuplah untuk ukuran mall dalam masjid. Saya tidak tahu dengan mall-mall besar di kota Jakarta, apakah ada masjid yang layak atau tidak sebab saya tidak pernah berkunjung kesana. (ketahuan deh katronya).

Memang tujuan mall dibuat bukan untuk tempat ibadah atau diperuntukan khusus untuk agama tertentu. Tapi merupakan poin tersendiri jika pengelola menyediakan kebutuhan dari pelanggannya. Berharap para pegiat kapitalis mengakomodir bukan hanya kaum hedonis tapi juga yang agamis. Sehingga persenyawaan baru bisa dibentuk atau setidaknya disinergikan yaitu Kapitalis, Hedonis dan Agamis. Menyaingi pandangan politik apa yang disebut Bung Karno dengan berdiri diatas tiga kaki yaitu Nasionalis, Agama, Komunis (Nasakom).

Mulai ngaco tulisan saya, lebih baik kita sudahi saja. Kesimpulannya, lepaskanlah penat jika sudah dalam tekanan tinggi dan sekalipun tempat sholat itu berada tersuruk dipojok basement, tetaplah ingat Tuhan. Sekian. :)
Mall: “Relief Valve” Kepenatan Mall: “Relief Valve” Kepenatan Reviewed by Bilik Sukma on Wednesday, October 30, 2013 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.