Senja berlalu menyisakan mega-mega
Dan halimun turun bersama kesedihan kenang-kenangan
Manisku, ketika kau ucapkan pisah hati ku berdegub keras-keras
Ku coba jelaskan dalihku secara hati-hati
Kau tak peduli, tetap ingin pergi jauh-jauh
Takdirpun terlihat tertawa terbahak-bahak
Melihatku memelas minta sungguh-sungguh
Namun keyataan aku hanya berjuang malas-malas
Tak jelas. Air mata itu nampak hanya seberkas titik-titik
Kau pun memaksa pergi walau aku tahan kuat-kuat
Terus berjalan walau sudah aku pangil-pangil
Bahkan berlari ketika aku semakin menjerit-jerit
Aku mencari bekas jejakmu dalam cerobong rumah-rumah
Mengintipmu sisa keberadaanmu dari sela jendela-jendela
Daya upayaku kosong berujung sia-sia
Lelah sudah mencarimu kesana-kemari
Aku terduduk di bawah pohon beringin yang daunnya menari-nari
Di hempasakan semilir angin sepoi-sepoi
Akhirnya aku tertidur bersama gumpalan mimpi-mimpi
Bangunlah bujang! Demi waktu bangunlah, rajut kembali cita-cita
Ingat bujang! aku akan selalu datang walau dengan wujud berbeda-beda
Ketika ku datang dekap dan cuimlah aku jangan kau sia-sia
Sampai dimana, kau yang pergi meninggalkan aku untuk selama-lama
(ucapmu lirih manisku di hati tanpa kata-kata)
Waktu Waktu Berlalu Sia Sia
Reviewed by Bilik Sukma
on
Thursday, September 24, 2015
Rating:
whoa.. puisinya bagus.
ReplyDelete