Solusi Menghadapi Stres di Jam Pulang Kerja, Dengan Metode Sholat Magrib dan Isya Berjamaah (Studi Kasus Masjid Disekitar Halte Transjakarta GBK- UNJ)

Spanduk Ajakan Shalat di Halte Transjakarta GBK


Terkadang kita lupa, kehidupan yang kita jalani menjadi seperti ini (kayak iklan yee intronya).

Hidup memang tidak henti-hentinya memproduksi masalah. Didalam kitab suci Alquran pun diperingatkan jika sudah selesai dalam suatu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lainnya.

Manusia sejatinya tidak pernah terlepas dari suatu masalah, untuk itu tak semestinya kita terlalu larut dalam kesedihan, kita harus senang, hidup toh katanya hanya sendau gurau belaka. Pidi Baiq, seniman asal kota Bandung pernah berujar, “Jangan sedih, karena kita dilahirkan oleh sebab orangtua yang bersenang-senang.”

Permasalahan kaum urban seperti kota Jakarta, tidak lepas dari yang namanya kemacetan. Sepanjang jalan arteri, di ruas jalan lokal maupun di sudut-sudut jalan lingkungan tidak terlepas dari yang namanya kemacetan.

Volume kendaraan yang terus mengingkat dianggap sebagai biang keladinya. Tiap tahun kendaraan motor disekitar Jakarta naik 12 persen, equivalen dengan bertambah sebanyak 5.500 hingga 6.000 unit kendaraan per hari.

Salah satu atau kalau kita mau lebih ekstrem, satu-satunya moda transportasi yang bisa diandalkan di Jakarta adalah Transjakarta. Alasanya sudah saya kemukanan di tulisan saya sebelumnya, sila tengok ke link berikut: Transjakarta, Moda Transportasi Terbaik Kebanggaan Warga Jakarta.

Kemacetan menjadi faktor eksternal meningkatnya tekanan dalam hidup. Tekanan yang terus-menerus tinggi akan mengakibatkan stres pada diri kita. Kemudian stress yang tidak bisa di maintain dengan baik dapat berdampak pada kesehatan ataupun gangguan jiwa.

Stres karena kemacetan paling parah dihadapi saat pulang kantor atau malam hari. Ini dikarenakan kondisi tubuh yang sudah letih dengan setumpuk pekerjaan ditambah perut lapar sepulang kerja.

Melalui tulisan ini saya akan membagi solusi menghadapi stres di jam pulang kerja, dengan metode sholat magrib dan isya berjamaah. Studi kasus masjid-masjid disekitar Halte Tranjakarta Gelora Bung Karno—Dukuh Atas 1, Dukuh Atas 2—UNJ. Terdengar ilmiah ya ide tulisannya..hehe

Solusi dari stres secara garis besar pernah disampaikan oleh sang Raja Dangdut.
Mengutip pada penggalan lirik bang Haji Oma Irama, “Stres.. stres.. obatnya iman dan taqwa. Serta mensyukuri apa adanyanya. Pasti tak akan stres..”

Stres berdasarkan penelitian tidak lain adalah salah satu bentuk dari gelombang otak.
Belum lama ini saya baru menyelesaikan membaca buku Revolusi IQ/EQ/SQ karya Taufiq Pasiak, pada Bab 6 saya membaca hal menarik mengenai gelombang otak. Pada 1924, Hans Berger seorang ahli saraf dari Jerman, berhasil merekam gelombang itu dalam selembar kertas, inilah cikal bakal dari alat yang dinamakan Electro Encephalo Graph (EEG).

Pengetahuan ini menjadikan pernyataan bahwa otak tidak berfikir saat tertidur tidak sepenuhnya benar, karena pembahasan mengenai gelombang otak menyatakan bahwa otak tidak pernah berhenti bekerja/berfikir sekalipun kita sedang tertidur.

Gelombang Alfa : otak saat berfikir santai. (7-13 Hz)
Gelombang Beta: otak saat berfikir keras, stress atau pusing tujuh keliling. (>13Hz)
Gelombang Delta: otak saat tertidur tetapi tidak bermimpi. (0,5-3,5 Hz)
Gelombang Teta:  otak saat tertidur dan bermimpi. (3,5-7 Hz)
Frequnsi Gelombang Otak

Ada hal menarik yaitu mengenai gelombang teta, karena gelombang otak ternyata berkerja berbeda saat bermimpi. Oleh karena itu mimpi kadang menjadi ‘pintu’ untuk sebuah ilham, pesan maupun inspirasi. Hal ini mengingatkan saya pada kisah Nabi Yusuf dan Rene Descartes.

Kembali ke pembahasan mengenai stress saat kemacetan saat jam pulang kerja, sholat berjamaah bisa menjadi salah satu solusinya.

Sholat adalah salah satu ibadah utama seorang muslim. Sholat juga bisa dijadikan media penenang bagi yang menjalankannya, terutama sholat berjamaah.
Sholat berjamaah kemudian dijadikan metode selain menjalankan kewajiban dan medekatkan diri kepada sang pencipta bisa juga dijadikan sebagai waktu untuk beristirahat.
Bukankah Rasullullah pernah mengatakan, “Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan sholat.”

Dengan sholat maka otak akan menjadi sedikit relax, lebih tenang dari sebelumnya. Ketenangan tersebutlah yang akan menggiring gelombang otak dari gelombang Beta (>13Hz) ke gelombang Alfa (7-13 Hz)

Waktu masuk sholat harus menjadi selalu diingat dan menjadi patokan saat memutuskan, apakah harus terus naik bus Transjakarta atau turun dihalte yang disekitarnya terdapat Masjid. Mengingat dekatnya jarak antara waktu magrib dengan isya atau tingkat kemacetan suatu jalur koridor.

Saat jam pulang kerja, rute yang menjadi favorite saya adalah GBK—Dukuh Atas 1 (koridor 1), transit Dukuh Atas 2—Pulogadung (koridor 4), turun di Pramuka BPKP, Transit Tanjung Priuk –PGC (koridor 10).

Berikut daftar Masjid disekitaran Halte Tranjakarta GBK –Dukuh Atas 1 dan Dukuh Atas 2 –UNJ yang pernah saya kunjungi:

Halte Gelora Bung Karno
1. Masjid An-Nuur --> Lokasi Menara Sudirman
Masjid An-Nuur

Suasana Dalam Masjid An -Nuur


2. Masjid Niaga Rahmat --> Lokasi Graha CIMB Niaga
Petunjuk Arah Menuju Masjid Niaga Rahmat

Suasana Dalam Masjid Niaga Rahmat

Halte Dukuh Atas 1
3. Masjid Baitussalam --> Menara Taspen
Jam Penunjuk Waktu Sholat Masjid Baitussalam
Suasana Dalam Masjid Baitussalam


Halte Halimun
4. Masjid At-Taufiq -->  Sebrang Halte Halimun
Masjid At-Taufiq
Suasana Dalam Masjid At-Taufiq


Halte Manggarai
5. Masjid Ash-Shalihien-->  Depan Pasaraya Manggarai
Masjid Ash-Shalihien
Suasana Dalam Masjid Ash-Shalihien


Halte Utan Kayu Pramuka 
6. Masjid Nurul Islam Pramuka --> Sebrang Halte Utan Kayu Pramuka, sebelah SPBU
Masjid Nurul Islam Pramuka
Suasana Dalam Masjid Nurul Islam Pramuka


Halte UNJ
7. Masjid Al-Istiqomah --> Belakang Nasi uduk kebon kacang.
Masjid Al-Istiqomah
Suasana Dalam Masjid Al-Istiqomah


Pengalaman saya, dengan menunaikan sholat berjamaah ialah perjalanan pulang relatif lebih lancar. Ini dikarenakan disaat masuk waktu sholat isya yaitu pukul 19.00, halte dan bus transjakarta masih dalam kondisi prime time. Selepas sholat isya sekitar pukul 19.30, kondisi primetime hampir selesai, halte dan bus tidak lagi terlalu penuh. Dibeberapa kasus bahkan saya mendapat tempat duduk (Hal yang patut disyukuri jika naik Transjakarta)

Dampak lain memang tidak bisa kita pungkiri, yaitu pulang kerumah menjadi lebih malam dari sebelumnya, karena kita mengalokasikan waktu untuk sholat berjamaah magrib dan isya di Masjid.

Ya, hidup ini pun adalah pilihan. Memilih adalah suatu proses yang alami, proses yang bisa kita pengaruhi. Dan mencintaimu adalah pilihan terbaik dalam hidupku.

Semoga bermanfaat. :*

Solusi Menghadapi Stres di Jam Pulang Kerja, Dengan Metode Sholat Magrib dan Isya Berjamaah (Studi Kasus Masjid Disekitar Halte Transjakarta GBK- UNJ) Solusi Menghadapi Stres di Jam Pulang Kerja, Dengan Metode Sholat Magrib dan Isya Berjamaah (Studi Kasus Masjid Disekitar Halte Transjakarta GBK- UNJ) Reviewed by Bilik Sukma on Tuesday, November 28, 2017 Rating: 5

2 comments:

  1. Pada intinya mah sebenarnya, jika kita mengingat Allah hidup kita akan tenang. Sholat waktu tepat waktu.
    Apalagi waktu sholat maghrib itu sangat pendek sekali, jika sudah solat isyak, sampai rumah juga tenang. Tinggal bersih-bersih terus tidur deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa bang.. dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang..
      semoga bermafaat ya tulisannya..hehe

      Delete

Powered by Blogger.